Sabtu, 18 Oktober 2008

DAGING ADA YANG ENAK - TIDAK

Kalau lihat sebaris daging digantungan sepeti ini kondisinya, besar kemungkinan besar akan menghasilkan rasa yang sama dan seragam. Kenapa ?
Jika kita sering menikmati masakan daging, katakan fried ciken, maka kalau kita jeli memperhatikan rasanya, maka kita akan temukan rasa yang berbeda-beda, bahkan ibu atau istri kesayangan yang suka menggoreng ayam dengan bumbu sama tapi menghasilkan rasa ayam goreng berbeda-beda. terkadang enak sampai kita ketagihan, tapi terkadang membuat perut mual padahal baru mencium baunya saja. Bahkan banyak saudara-saudara kita yang tidak doyan makan daging kambing dikarenakan menyimpan ingatan (trauma) dengan daging kambing yang bau.

Berawal ketika fadloil mulai jual sate kelinci, tiba-tiba pembeli berkomentar ;"enaknya lain, baru nemu yang enaknya seperti ini".
Komentar ini membuat saya penasaran untuk segera ikut mencicipi. dan yah, saya jadi ingat makan sate dan gulai kelinci dilembang, kalau nggak takut mubadzir udah tak tinggal itu makanan, karena oroma amisnya yang nggak tahan......
Dari dialog sana-sini ternyata pedagang sate kelinci akan tetap bisa bertahan dengan harga jual murah tidak lagi memperhatikan mutu, jika dapat kelinci afkir (cacat, kudisan dan sakit lainnya), maka keuntungan besar didapat.

Ada cerita lain dari seorang yang tak pernah lag menyentuh daging kambing sebagai menu makannya (Trauma daging kambing),
Ketika pelaksanaan aqiqah putra tercintanya pingin sekali melaksanakannya dengan memotong seekor sapi, tapi atas nasehat ustad yang jadi pembimbingnya maka tetap kambing atau domba jadi pilihannya.
Ada suatu yang luar biasa bagi perubahan selera lidahnya, dengan heran dan bangga dia berujar : " kenapa selama ini aku tak suka daging kambing", "yang kuingat daging kambing itu bau anyir, bau prengus, bau bandot, bau yang menbuat perut mual". Ternyata daging kambing sakit yang pertama kali direkam dalam memorinya ketika masa kecil tinggal didesa, demikian juga yang banyak kita temukan dimasyarakat pedesaan, karena tingkat pendapatan rendah walaupun banyak ternak, tapi lebih banyak kambing atau domba yang sakit yang biasa mereka makan. Kondisi daging seperti ini juga sering kita dapatkan dari hasil pemotongan hewan qurban, karena kondisi yang serba darurat dan minimnya wawasan sehingga banyak hewan qurban dipotong dalam kondisi kurang fresh (stres).
Ada perbedaan aroma pada ternak yang disebut kambing dan domba :
Aroma Kambing yang sebagian orang membenci yaitu bau prengusnya bandot (kambing jantan baunya lebih tajam dibanding betina) sebenarnya bisa dikurangi dengan merubah pola pakan dari daun-daunan yang berbau (langu-Bhs Jawa) dengan pakan yang aromanya netral seperti rumput gajah, rumput lapangan, ampas tahu, konsentrat dll . Walau demikian sebagian masyarakat menyukai aroma prengus bandot daging kambing ini, "Aroma Prengusnya kambing identik aroma kejantanan"
Sementara domba yang aroma dagingnya lebih netral dibanding kambing, oleh sebagian warga Jakarta dan sekitarnya dituduh sebagai jenis ternak yang aroma dagingnya kurang nyaman (prengus).

Senin, 13 Oktober 2008

Pupak




Pupak, kupak, poel adalah nama yang diberikan masyarakat untuk kondisi gigi ternak yang menunjukkan telah cukup usia untuk dijadikan ternak qurban atau aqiqah.
Pergantian gigi seri sepasang terjadi ketika umur kambing dan domba mencapai setahun atau lebih, sementara sapi dan kerbau ketika umurnya dua tahun atau lebih dan onta konon katanya setelah umur tiga tahun
Tanda gigi ternak sudah berganti (pupak) mudah dikenali dengan memperhatikan gigi yang ukurannya lebih besar dibanding gigi seri yang lain, untuk kambing dan domba pergantian gigi selalu sepasang dan akan berlanjut sampai empat pasang giginya berganti semua yang menunjukkan umurnya sudah mencapai 4 tahun. Selanjutnya gigi-gigi tersebut lepas satu persatu mulai usia lima sampai enam tahun dan selanjutnya ternak disebut kerompong (ompong) yang tidak lagi sah untuk qurban atau aqiqah
Perlu diperhatikan bahwa untuk ternak ruminansia (memamah biak) gigi seri hanya tumbuh di rahang bahwah saja, sedangkan rahang atas tidak ditumbuhi gigi seri.

Domba Ekor Gemuk menggairahkan

Domba EG ekor gemuk adalah kelompok domba kibasy yang banyak digambarkan sebagai domba pengganti Nabi Ismail dalam prosesi penyembelihannya, Ekornya yang berisi lemak menggiurkan sebagian orang, tapi ada juga yang geli dan takut memalannya, bulunya tipis seperti bulu kambing, tanpa tanduk yang berarti bahkan sebagian tak bertanduk sama sekali seperti umumnya domba betina.

Timbang Hidup riil

Banyak cara menjual kambing qurban, dari mulai menjual borongan sampai menjual sesuai kelompok kelas kira kira. Kenapa kira-kira ? Karena pengelompokan kelasnya berdasar kira-kira penjual.
Ada cerita menarik yang saya jalani sendiri dengan model yang kedua ini. Kalau jual sisitem borongan sangat mudah karena penjual mudah menghitung harga pokoknya dgn menambahkan biaya dan keuntungan ke harga beli jadilah harga jual, gampangkan!, namanya juga borongan.
Yang menarik dari pengalaman saya adalah tak mampu membendung godaan syetan, mari ikut membayangkan : jika kita punya klas super 5 ekor, kelas besar 5, kelas kecil 5, kemudian datang order by phone klas super 6, kelas besar 7, kelas kecil 1. Apa yang terlintas dikepala ?, Tentu mengatakan "stok tidak ada", tapi kalu diminta mengusahakan dan uang pembayaran sudah ditangan dan kita mencari kambing tambahan diluar dan ternyata diluar harga lebih mahal dari harga penjualan kita, minta kiriman dari daerah juga sudah kehabisan waktu, maka muncul ide menggeser posisi kelas, 1ekor kelas besar menjadi super, 3 kelas kecil menjadi kelas besar dan untung makin berlipat. Siapa yang tahu, siapa yang menuntut semenara dasar patokan kelasnya tidak jelas.
Demikian saya dulu dengan jumlah kambing yang sama dan kambingnya itu-itu juga tapi punya stok yang kelasnya bisa berubah setiap saat mengikuti order pembeli. Hal ini terjadi karena kebanyakan pedagang lebih pinter dari pembeli. Siapa mau ketipuuu ??!

Kenapa Fadloil memakai sistem timbang hidup?
  1. Pertama kita mencoba memacu peternak untuk menggemukkan bukan hanya gagah-gagahan postur yang tinggi, warna jerabang, tanduk pranggah dll, tapi harus berdagin, karena itulah manfaat yang bisa dinikmati manusia pada akhirnya.
  2. memperkecil masuk pintu syetan menggoda saya untuk plinplan, membenarkan perbuatan salah dengan berbagai alasan.
  3. Pequrban tidak akan tertipu dengan pilihannya, umumnya pequrban kan awam dan terkadang takut sama hewan qurban terkadang menghindar dari baunya, jadi kurang seksama dalam memilih. Dengan timbang hidup riil bahkan pequrban sudah langsung bisa memperkirakan hasil sembelihannya yaitu 25 % daging, 25 % Tulangan, 15 % kepala-kaki-jeroan = 65% dari berat hidupnya (ini berlaku untuk ternak yang cukup gemuk lhoo)
Banyak kiat yang bisa dilakukan pedagang untuk mengelabuhi pembeli :
  • membuat kandang yang pendek dan sempit sehingga kambing terlihat besar bahkan sebagian nyondol kandang.
  • mencampurkan ternak yang besar kedalam kelompok ternak kecil sehingga yang besar kelihatan super besar.
  • memisahkan ternak dikandang khusus dengan memberi harga lebih mahal dari yang lain padhal ukuran sama (orang berduait suka terkecoh karena ingin dilihat yang paling bagus ternaknya)
  • mengiklankan penentuan kelas dengan ditimbang, ada yang ditimbangnya dikampung asal (jawa tengah, jw timur) disini tak ditimbang lagi (susut tidak ditanggung dengan alasan ditanggung tidak susut), ada yang sebagian saja ditimbang dan yang lain disetarakan dengan yang ditimbang (capek kaliya), ada lagi yang ditimbang-timbang dengan pertimbangan (wah seperti kerjaan anggota dewan saja, kayaknya)
  • kalau mau jualan ditempat bergengsi kali, ternaknya pakai dasi hehe mesti harganya mahal, paling tidak lebih mahal dari harga dasinya.
Semua kembali kepad pembeli "TELITI SEBELUM MEMBELI"