Rabu, 23 Desember 2009

SELAMATKAN TERNAK KITA

Berbagai usaha pemuliaan ternak kambing, domba, sapi dan kerbau berlangsung dimana-mana, gaung program petinggi negara meliputi seluruh negeri, seolah sebentar lagi kita Bangsa Indonesia menjadi negara swasembada ternak atau bahkan surplus yang kemudian memenuhi permintaan negara Timur Tengah yang konon menghabiskan ternak qurban dengan jumlah sangat besar.


Saat ini sampai Maret 2010 mendatang harga bakalan kambing yang beratnya berkisar 10 - 17 Kg harganya antara Rp 400.000,- s/d Rp 600.000,- tergantung kebagusan bibitnya (bongsor atau kerdil, sehat atau sakit) jadi harga per Kg hidup Rp 23,5 sampai Rp 60.000,-. Hal ini akan terjadi setiap selesai lebaran haji disaat kandang petani kosong setelah isinya dijual. Harga normal Rp 23.500/Kg hidup hanya bisa terjadi pada ternak jantan yang bermasalah, bibit kerdil atau sakit sementara harga bibit yang bagus lebih tinggi dari harga jual ecer hewan qurban di jakarta sekitar Rp 50.000,-/KgHdp. Berapa harga kambing qurban tahun depan ?

Bayangan pelik bukan hanya menyelimuti kita yang baru berimajinasi tapi peternak besarpun dibikin pusing menyambut hal ini. Mensikapi hal ini beberapa peternak besar bahkan beralih profesi sebagai penggemuk domba betina walaupun akan menjualnya dengan harga Rp 22.000/Kg Hdp lebih murah dibanding pajantan yang mencapai Rp 26.000/Kg Hdp mereka masih merasakan keuntungan.

Adakah yang salah ?

Benarkah lahan penggembalaan dan pengembangan ternak makin menipis?

Kesadaran hukum masyarakatakan pinggir kota membuat peternak selalu terusik. muncul berbagai protes yang didasari undang-undang peternakan "....tidak mengganggu ketentraman masyarakat umum..." sehingga dengan seabreg alasan ketertiban, kenyamanan, pencemaran lingkungan, polusi udara, tempat hunian,keindahan dll peternak harus enyah dan bubar. Pindah tempat bukan solusi yang paling tepat, karena dilingkungan baru memrlukan persiapan yang matang dan modal baru yang besar, bahkan faktor keamanan dan pemerasan merupakan pertimbangan paling utama.
Peternak dusunpun mengalami hal yang tak berbeda, kepemilikan tanah oleh sekelompok orang kota membuat lahan gembalaan terbatas, penegakan peraturan yang terlihat arogan dari polisi hutan dan pengamanan perkebunan membuat petani hanya gigit jari.

Solusinya ?

Sudah saatnya ada seruan dari petinggi negri ini untuk Pemberian kemudahan bagi masyarakat peternak untuk bisa memanfaatkan lahan tidur yang luas milik pemerintah maupun swasta dengan aman agar bisa dijadikan lahan gembalaan.(contoh kecil: lahan kosong disekitar tol Cikampek sampai Cipularang, kalau perlu diberi papan bertuliasan besar "disini boleh menggembala ternak dengan aman" )

Sebanyak mungkin pihak Perkebunan dan pihak kehutanan untuk merangkul peternak lokal untuk memanfaatkan lahan sela yang berpotensi sebagai lahan gembalaan dan memudahkan masyarakat memmanfaatkan berbagai limbah perkebunan yang berpotensi sebagai bahan pakan ternak. (contoh kecil wilayah perkebunan sawit sepanjang jalan ke pelabuhan ratu, bungkil sawitnya jadi pakan ternak gratis untuk warga)

Pembinaan petani breeding dengan sistem gembalaan rasanya sudah sangat mendesak (paling enggak menurut saya) selain biayanya murah, kemampuan petani memelihara jadi lebih tinggi, sehingga biaya produksi bakalannya bisa sangat rendah.

Keuntungan lain dari Ternak breeding dengan sistem gembala adalah indukan lebih sehat tidak terlalu gemuk sehingga mudahkan saat proses kelahiran, keragaman asupan gizi yang lebih lengkap dan sangat alami bermanfaat meningkatkan daya imun ternak terhadap berbagai penyakit (kecuali sakit cacing yang obatnya relatif murah).
Dibalik itu semua, ternyata orang-orang besar yang baik-baik melewati masa kecilnya sebagai penggembala. Demikian ungkapan kitab yang paling agung (Al Qur'an)dalam mengisahkan masa kecil para nabi dan rasul. Siapa mau ikut?.

Kenapa tidak breeding (eh pembiakan) secara intensif ?

Yang jelas kebanyakan kita ilmunya nggak nyampek, selain itu breeding intensif untungnya sangat kecil dibanding penggemukan secara intensif.

Bukankah udah banyak pembinaan petani yang dilakukan pemerintah dengan pemberian pinjaman bergulir 1,2,3 sanpai 5 indukan tiap keluarga ? Buktinya tumpes tapis binasa ( dari niat baik membina malah jadi membinasakan). Pasti ada yang salah !!? (mau tahu rahasianya???. Silakan gabung dipaguyuban, jika anda peminat kelinci gabung di ternak perkotaan